Rangkaian Pelaksanaan Aksi Nyata Paket Modul 3
(Sebuah Refleksi dengan Model 4F)
Peristiwa
(Fact)
A.
Latar Belakang
Indonesia
hingga saat ini masih terus mengalami berbagai masalah di bidang pendidikan
dari mulai krisis pembelajaran (learning crisis) yang cukup lama hingga
kualitas hasil pembelajaran yang belum bisa seperti yang diharapkan. Hal
tersebut dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian, salah satunya adalah
laporan PISA (Programme for International Students Assessment) pada 3
Desember 2019 yang menunjukkan bahwa skor membaca anak-anak Indonesia ada di
peringkat 72 dari 77 negara. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
literasi pelajar Indonesia sangatlah rendah.
Sementara
itu, berdasar riset dari OECD (Organisation of Economic Co-operation and
Development) tahun 2018
menyatakan bahwa 41,1% murid di Indonesia mengaku pernah mengalami
perundungan. Dikutip dari Kompas.com, di tahun yang sama, Indonesia berada
di posisi ke-5 dari 78 negara dengan murid yang mengalami perundungan paling
banyak. Data di atas menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pendidikan
kita dalam membangun karakter yang unggul belum bisa dikatakan berhasil.
Keadaan
tersebut diperparah dengan adanya pandemi Covid 19 dan membuat pemerintah harus
melakukan perubahan mendasar terhadap kerangka pemikiran yang menjadi acuan pendidikan
Indonesia. Perubahan paradigma harus dilakukan secara menyeluruh untuk
mempersiapkan generasi emas menghadapi tantangan abad 21. Pemikiran Ki Hajar
Dewantara tentang pembelajaran yang berpihak kepada murid dirasa masih sangat
relevan dan menjadi landasan perubahan bagi dunia pendidikan.
Peluncuran
Program Pendidikan Guru Penggerak merupakan terobosan pemerintah sebagai salah
upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada. Guru sebagai garda terdepan dalam
perubahan ini harus memahami adanya perubahan paradigma mendasar dalam dunia
pendidikan saat ini yang mengacu pada pemikiran besar Ki Hajar Dewantara.
Pada
Paket Modul 3 pada materi Pendidikan Guru Penggerak dipelajari 3 materi utama
yaitu: Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, Pemimpin dalam
pengelolaan sumber daya dan Pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Pembelajaran pada rangkaian modul tersebut harus diakhiri dengan serangkaian
tugas aksi nyata yang harus berpihak kepada murid dengan memanfaatkan aset yang
ada (Asset Based Thinking).
Untuk
memenuhi tugas tersebut, serangkaian aksi nyata berdasar penugasan pada Paket
Modul 3 yang dilakukan meliputi: Modul 3.1 Pengambilan Keputusan yang
mengandung dilema etika pada saat penentuan nilai raport pada beberapa siswa
kelas 9 yang mengalami kendala belajar; Modul 3.2 Membuat pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan bagi murid berdasar pada Asset Based Thinking dan Modul
3.3 Pengelolaan program yang berdampak pada murid melalui lomba pojok baca
antar kelas.
B. Pelaksanaan
Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan berlangsung
secara berurutan dengan berkoordinasi dengan berbagai unsur di sekolah. Berikut
penjalasan masing-masing kegiatan:
1. Modul
3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kasus Dilema Etika
yang dipilih adalah menentukan nilai rapor semester 6 bagi siswa kelas 9 yang
mengalami kendala belajar karena berbagai macam sebab. Apakah mereka layak
untuk diberi nilai KKM ataukah harus dibawah KKM. Proses pengambilan keputusan
tersebut dilakukan dengan melalui 9 langkah pengujian keputusan yang melibatkan
berbagai unsur yaitu siswa, wali kelas, guru BK dan Waka Kurikulum/KS untuk
memastikan bahwa keputusan yang diambil valid dan berpihak kepada murid.
Kasus tersebut
dipilih karena hampir setiap guru mengalami kejadian serupa setiap semester.
Mereka harus menentukan 1 pilihan diantara 2 yang sama-sama benar. Keputusan
yang diambil apapun itu pada prinsipnya bertujuan untuk kebaikan siswa dan
berpihak kepada mereka.
Dokumentasi
Aksi Nyata 3.1
|
Data proses belajar yang memprihatinkan |
|
Berdialog dengan siswa yang mengalami kendala belajar serius |
|
Koordinasi dan konsultasi dengan Urusan Kurikulum/Penilaian |
2.
Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya
Aksi nyata untuk
modul ini dipilih tentang penerapan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan
bagi murid dengan mengoptimalkan aset yang ada di sekolah. Proses berjalannya
aksi nyata diawali dengan survei sederhana dan diskusi dengan siswa untuk
menampung keinginan serta pendapat mereka tentang konsep pembelajaran yang
diinginkan. Ternyata sebagian besar dari mereka menginginkan lebih banyak
belajar yang menyenangkan dengan menggunakan permainan.
Berdasar masukan
tersebut, guru berusaha merancang dan mewujudkan aktivitas pembelajaran yang
sesuai keinginan mereka, misal dengan menggunakan Board Game dan teknik Window
Shopping dalam prosesnya. Board Game dan Window Shopping dipilih
karena dapat membuat siswa mengalami learning by doing yang menyenangkan
dan membuat mereka menjadi aktif di dalam kelas. Selain itu media yang
digunakan sangat sederhana dan bisa menggunakan kertas bekas saja tanpa
mengeluarkan biaya berlebihan yang mungkin memberatkan siswa, guru maupun
sekolah.
Dokumentasi
Aksi Nyata 3.2
|
Proses curah pendapat untuk menampung keinginan siswa |
Kegiatan pembelajaran dengan papan permainan
|
Kegiatan pembelajaran saat siswa berbelanja pada teknik Window Shopping |
3.
Modul 3.3 Pengelolaan Program yang
Berdampak pada Murid
Pada aksi nyata
untuk pengelolaan program yang berdampak pada murid dipilih salah satu kegiatan
yang bertema literasi yaitu pembuatan pojok baca dengan mengadakan lomba antar
kelas bagi kelas 7 dan 8. Kegiatan ini diawali dengan observasi dan
identifikasi aset lingkungan sekolah serta diskusi dengan siswa dan tim
literasi. Dari kegiatan tersebut terdapat temuan bahwa sekolah tidak mempunyai
pojok baca, dulu pernah ada namun sudah tak berbekas. Diskusi dengan
siswa digunakan untuk menampung pendapat mereka tentang bentuk pojok yang ideal
dan nyaman. Persiapan dilakukan dengan merancang kegiatan, kemudian melakukan
koordinasi dengan semua yang terlibat. Setelah itu baru kegiatan dilaksanakan
dan langkah terakhir adalah melakukan evaluasi.
Lomba yang
diselenggarakan semata-mata untuk memberdayakan sumber daya yang ada disekitar
tanpa membebani sekolah serta merupakan wadah pembentukan karakter siswa. Lomba
ini juga merupakan sarana untuk mengakomodasi dan menyalurkan bakat, minat
serta kreativitas siswa. Dengan adanya pojok baca diharapkan juga akan mampu
membangkitkan minat membaca dan menulis siswa serta mendekatkan siswa dengan
bahan bacaan rekreatif.
Dokumentasi Aksi Nyata 3.3
|
Siswa berkolaborasi membuat pojok baca |
Desain unik rak buku berbentuk roket yang bisa berputar untuk menyiasati ruang kelas sempit. Rak ini didesain vertikal dan dapat berputar agar semua sisi dapat dimanfaatkan. Ide yang luar biasa.
|
|
Salah satu karya yang terinspirasi dari bentuk setengah lingkaran |
C. Dampak
Kegiatan
Sebagai
pemimpin pembelajaran, guru harus mampu membuat keputusan yang efektif,
bijaksana serta berpihak kepada siswa karena siswa merupakan subjek utama dalam
pendidikan. Hasil dari aksi nyata tersebut akan meningkatkan well being
(kesejahteraan anak) karena keputusan diambil melalui proses pengujian yang
valid sehingga dapat meminimalisir dampak negatif terhadap mereka. Pada
akhirnya diputuskan nilai rapor untuk mata pelajaran saya minimal KKM setelah
melakukan 9 langkah pengujian meskipun mereka mengalami kendala belajar yang sangat
serius. Namun keputusan tersebut diambil dengan harapan akan memberikan
pembelajaran yang positif bagi mereka di masa depan.
Untuk
modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, guru belajar
bagaimana mampu memanfaatkan kondisi lingkungan yang ada untuk mengoptimalkan
terlaksananya seluruh program kerja sekolah. Pada modul ini diajarkan bagaimana
mengidentifikasi setiap aset yang ada dan mengoptimalkannya dengan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset. Artinya setiap guru dituntut untuk kreatif dalam
melihat peluang di antara keterbatasan. Merancang pembelajaran yang
berpihak kepada murid dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, misal membuat
media dari bahan bekas merupakan salah satu penerapan dari modul ini.
Dengan
Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking), dampak nyata dari
aksi ini siswa mendapatkan apa yang selama ini mereka inginkan yaitu suatu
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong mereka menjadi
aktif. Kegiatan menggunakan Board Game merangsang keberanian siswa untuk
berbicara tanpa merasa takut untuk membuat kesalahan karena sudah mendapatkan
panduan yang jelas dan sistematis. Sedangkan dalam teknik Window Shopping,
mereka diberi kesempatan untuk bekerja secara kolaboratif dengan teman dan
kemudian mempresentasikan dengan cara yang unik sehingga tanpa terasa mereka
telah mempraktekkan semua yang telah dipelajari. Teknik ini membuat semua siswa
tanpa terkecuali akan aktif tanpa jeda.
Paket
terakhir dari modul 3 adalah pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Hasil aksi nyata dari lomba pembuatan pojok baca ini berdampak tidak saja
kepada siswa namun juga sekolah. Dengan pelaksanaan pembuatan pojok baca
melalui lomba antar kelas, siswa mendapat kesempatan untuk berkreasi
menyalurkan bakat, minat dan ide kreatif. Mereka juga mendapatkan kesempatan
untuk berkolaborasi dalam mengerjakan tugas yang selama pandemi nyaris tidak
mempunyai kesempatan seperti itu. Dan bagi sekolah, kegiatan ini merupakan
program nyata literasi yang mendekatkan siswa dengan buku sehingga diharapkan
hal tersebut dapat meningkatkan minat baca siswa secara umum. Pada akhirnya di
setiap ruang kelas tersedia perpustakaan mini yang akan menjadi sarana
rekreatif di tengah padatnya kegiatan pembelajaran pembelajaran.
Perasaan
(Feeling)
Pada
saat merencanakan serangkaian aksi saya merasa biasa karena kegiatan sejenis
dulu sering dilakukan. Sebagai seorang guru, saya yang harus terus belajar dan
bereksplorasi untuk terus mengupgrade diri dalam menghadapi perubahan.
Selain itu juga harus selalu siap menjalankan tugas diluar tugas mengajar di
dalam kelas. Pada kenyataanya hal tersebut sering dilakukan dalam setiap kesempatan
yang berbeda-beda namun mungkin tidak sesistematis saat melakukan tugas aksi
nyata.
Ketika
melaksanakan aksi nyata dari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan saya
merasa antara yakin dan tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil meski
sudah melakukan 9 tahap pengujian. Saya ingin memberikan pembelajaran kepada
beberapa siswa yang selama ini mengalami kendala belajar serius meski sudah
diupayakan dengan dengan berbagai cara namun disisi lain saya tidak ingin siswa
saya mendapatkan nilai yang mengindikasikan sisi negatif mereka pada nilai
rapor semester terakhir di SMP. Situasi dan kondisi seperti ini selalu dialami
guru pada saat menjelang akhir semester atau kenaikan kelas. Suasana perang
batin yang setiap semester saya dan rekan-rekan sejawat yang lain alami, ingin
ikhlas namun kadang juga tidak bisa. Pada akhirnya dengan menguji keputusan
itu, apapun keputusan yang saya ambil batin saya merasa tenang.
Kemudian
saat melaksanakan rangkaian kedua saya merasa sangat senang dan bahagia karena
dapat mewujudkan keinginan siswa untuk mendapatkan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan membuat mereka mampu aktif. Melihat ekspresi antusiasme pada siswa
saat melakukan pembelajaran di kelas merupakan suatu kebahagiaan sendiri.
Selama saya menjadi guru saya selalu berusaha dan bereksplorasi mencoba hal-hal
yang baru agar siswa dapat menikmati dan mencintai belajar. Saya senang
melakukan trial and error di dalam kelas. Semoga hal tersebut membawa
dampak yang positif terhadap mereka.
Saat melakukan rangkaian akhir modul 3 saya
merasa excited karena saya dapat memberikan kesempatan siswa berkegiatan
menyalurkan ide kreatif mereka yang lebih dari 2 tahun ini seakan terpasung
oleh pandemi. Ketika berkeliling untuk memantau dan melihat perkembangan
jalannya program saya merasa bahagia melihat anak-anak begitu antusia dalam
mengerjakan pojok baca. Begitu banyak bermunculan ide-ide kreatif hanya dengan
memanfaatkan barang-barang yang kurang bermanfaat disekitar kita. Kegiatan ini
memberikan vibes yang positif ke lingkungan sekolah.
Setelah
melaksanakan serangkaian aksi nyata modul 3 saya sejujurnya saya merasa lega
luar biasa karena dengan begitu sebagian besar tugas saya di Pendidikan Guru
Penggerak hampir selesai. Disisi lain saya juga merasa bahagia karena saya
dapat memberikan kontribusi positif kepada siswa, rekan sejawat dan sekolah.
Saya merasa bahwa saya dapat bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri namun
juga bagi orang dan lingkungan sekitar.
Pembelajaran (Finding)
Pembelajaran
yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi nyata adalah sebagai berikut.
Secara umum pelaksanaan rangkaian aksi nyata ini berjalan dengan sangat baik
dan berhasil memberdayakan siswa dengan optimal. Seluruh rangkaian kegiatan
menunjukkan keberpihakan terhadap siswa terlihat sangat jelas. Namun tak ada
gading yang tak retak.
Terdapat beberapa
hal yang perlu diperbaiki khususnya tentang persiapan dan pelaksanaan yang
waktunya sangat terbatas sehingga dilakukan dengan tergesa-gesa. Untuk aksi
nyata yang hanya melibatkan CGP dan siswa saja tidak terlalu berdampak namun
untuk program yang melibatkan lebih banyak pihak akan terasa bahwa koordinasi
kurang begitu lancar karena persiapan yang kurang matang. Meskipun hal tersebut
tidak menimbulkan kendala yang berarti namun harus tetap menjadikan evaluasi
untuk kegiatan selanjutnya.
Penerapan
ke Depan (Future)
Berdasarkan
temuan diatas maka untuk pelaksanaan kegiatan serupa ke depan perlu membuat
perencanaan yang lebih matang dengan waktu yang lebih longgar sehingga
masalah-masalah yang disebutkan diatas bisa diperbaiki. Dengan persiapan yang lebih
bagus dan sistematis maka bisa dipastikan pelaksanaan kegiatan akan berjalan
dengan lancar dan sukses. Seiring dengan itu maka komunikasi dan koordinasi
dapat dilakukan dengan lebih baik yang akan memberikan dampak yang lebih besar
tidak hanya kepada siswa namun juga kepada seluruh unsur yang ada di lingkungan
sekolah.