Search This Blog

Sunday, July 17, 2022

PEKAN LITERASI SEKOLAH

                                                                  Pembuatan Pojok Baca 

                                                                       dengan 

                                                             Lomba Antar Kelas

  (Sebagai salah satu kegiatan dalam Pekan Literasi Sekolah)

 

 

A.    Deskripsi Kegiatan

Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda sekolah yaitu Pekan Literasi Sekolah untuk mengisi kegiatan efekfif fakultatif setelah pelaksanaan penilaian akhir tahun. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah lomba pembuatan pojok baca antar kelas bagi kelas 7 dan 8. Kegiatan ini diawali dengan observasi dan identifikasi aset lingkungan sekolah serta diskusi dengan siswa dan tim literasi. Dari kegiatan tersebut terdapat temuan bahwa sekolah tidak mempunyai pojok baca, dulu pernah ada namun sudah tak berbekas.  Diskusi dengan siswa digunakan untuk menampung pendapat mereka tentang bentuk pojok yang ideal dan nyaman. Persiapan dilakukan dengan merancang kegiatan, kemudian melakukan koordinasi dengan semua yang terlibat. Setelah itu baru kegiatan dilaksanakan dan langkah terakhir adalah melakukan evaluasi.

Lomba yang diselenggarakan semata-mata untuk memberdayakan sumber daya yang ada disekitar tanpa membebani sekolah serta merupakan wadah pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu tema yang diambil adalah “Dari Seadanya Menjadi Luar Biasa” dengan pemikiran untuk menghasilkan karya yang luar biasa tidak harus dengan biaya yang mahal, tapi dari bahan seadanya misal bahan bekas pun dapat dihasilkan karya/produk yang bermanfaat. Lomba ini juga merupakan sarana untuk mengakomodasi dan menyalurkan bakat, minat serta kreativitas siswa. Dengan adanya pojok baca diharapkan juga akan mampu membangkitkan minat membaca dan menulis siswa serta mendekatkan siswa dengan bahan bacaan rekreatif.

 

B.    Dokumentasi Kegiatan

1.       Persiapan



Konsultasi dan koordinasi dengan Waka Kurikulum dan Ketua Tim Literasi Sekolah


Pengumuman ke semua ketua kelas


2. Pelaksanaan (Proses Pembuatan di kelas-kelas)

















3. Hasil Akhir

a. Kelas VII

 
















b. Kelas VIII 

 












 







 


Thursday, July 14, 2022

TUGAS 3.3.a.10. AKSI NYATA PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

Rangkaian Pelaksanaan Aksi Nyata Paket Modul 3

(Sebuah Refleksi dengan Model 4F)


Peristiwa (Fact

A.      Latar Belakang

Indonesia hingga saat ini masih terus mengalami berbagai masalah di bidang pendidikan dari mulai krisis pembelajaran (learning crisis) yang cukup lama hingga kualitas hasil pembelajaran yang belum bisa seperti yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian, salah satunya adalah laporan PISA (Programme for International Students Assessment) pada 3 Desember 2019 yang menunjukkan bahwa skor membaca anak-anak Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi pelajar Indonesia sangatlah rendah.

Sementara itu, berdasar riset dari OECD (Organisation of Economic Co-operation and Development) tahun 2018   menyatakan bahwa 41,1% murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Dikutip dari Kompas.com, di tahun yang sama, Indonesia berada di posisi ke-5 dari 78 negara dengan murid yang mengalami perundungan paling banyak. Data di atas menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pendidikan kita dalam membangun karakter yang unggul belum bisa dikatakan berhasil.

Keadaan tersebut diperparah dengan adanya pandemi Covid 19 dan membuat pemerintah harus melakukan perubahan mendasar terhadap kerangka pemikiran yang menjadi acuan pendidikan Indonesia.  Perubahan paradigma harus dilakukan secara menyeluruh untuk mempersiapkan generasi emas menghadapi tantangan abad 21. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pembelajaran yang berpihak kepada murid dirasa masih sangat relevan dan menjadi landasan perubahan bagi dunia pendidikan.

Peluncuran Program Pendidikan Guru Penggerak merupakan terobosan pemerintah sebagai salah upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada. Guru sebagai garda terdepan dalam perubahan ini harus memahami adanya perubahan paradigma mendasar dalam dunia pendidikan saat ini yang mengacu pada pemikiran besar Ki Hajar Dewantara.

Pada Paket Modul 3 pada materi Pendidikan Guru Penggerak dipelajari 3 materi utama yaitu: Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan Pengelolaan program yang berdampak pada murid. Pembelajaran pada rangkaian modul tersebut harus diakhiri dengan serangkaian tugas aksi nyata yang harus berpihak kepada murid dengan memanfaatkan aset yang ada (Asset Based Thinking).

Untuk memenuhi tugas tersebut, serangkaian aksi nyata berdasar penugasan pada Paket Modul 3 yang dilakukan meliputi: Modul 3.1 Pengambilan Keputusan yang mengandung dilema etika pada saat penentuan nilai raport pada beberapa siswa kelas 9 yang mengalami kendala belajar; Modul 3.2 Membuat pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi murid berdasar pada Asset Based Thinking dan Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak pada murid melalui lomba pojok baca antar kelas.

 

B.      Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan berlangsung secara berurutan dengan berkoordinasi dengan berbagai unsur di sekolah. Berikut penjalasan masing-masing kegiatan:

1.   Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Kasus Dilema Etika yang dipilih adalah menentukan nilai rapor semester 6 bagi siswa kelas 9 yang mengalami kendala belajar karena berbagai macam sebab. Apakah mereka layak untuk diberi nilai KKM ataukah harus dibawah KKM. Proses pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan melalui 9 langkah pengujian keputusan yang melibatkan berbagai unsur yaitu siswa, wali kelas, guru BK dan Waka Kurikulum/KS untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil valid dan berpihak kepada murid.

Kasus tersebut dipilih karena hampir setiap guru mengalami kejadian serupa setiap semester. Mereka harus menentukan 1 pilihan diantara 2 yang sama-sama benar. Keputusan yang diambil apapun itu pada prinsipnya bertujuan untuk kebaikan siswa dan berpihak kepada mereka.

  

      Dokumentasi Aksi Nyata 3.1

 

 

Data proses belajar yang memprihatinkan

 

Berdialog dengan siswa yang mengalami kendala belajar serius


 

Koordinasi dan konsultasi dengan Urusan Kurikulum/Penilaian

2.   Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Aksi nyata untuk modul ini dipilih tentang penerapan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi murid dengan mengoptimalkan aset yang ada di sekolah. Proses berjalannya aksi nyata diawali dengan survei sederhana dan diskusi dengan siswa untuk menampung keinginan serta pendapat mereka tentang konsep pembelajaran yang diinginkan. Ternyata sebagian besar dari mereka menginginkan lebih banyak belajar yang menyenangkan dengan menggunakan permainan.

Berdasar masukan tersebut, guru berusaha merancang dan mewujudkan aktivitas pembelajaran yang sesuai keinginan mereka, misal dengan menggunakan Board Game dan teknik Window Shopping dalam prosesnya. Board Game dan Window Shopping dipilih karena dapat membuat siswa mengalami learning by doing yang menyenangkan dan membuat mereka menjadi aktif di dalam kelas. Selain itu media yang digunakan sangat sederhana dan bisa menggunakan kertas bekas saja tanpa mengeluarkan biaya berlebihan yang mungkin memberatkan siswa, guru maupun sekolah.

 

                                         Dokumentasi Aksi Nyata 3.2


Proses curah pendapat untuk menampung keinginan siswa

 

Kegiatan pembelajaran dengan papan permainan

 

Kegiatan pembelajaran saat siswa berbelanja pada teknik Window Shopping


3.   Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Pada aksi nyata untuk pengelolaan program yang berdampak pada murid dipilih salah satu kegiatan yang bertema literasi yaitu pembuatan pojok baca dengan mengadakan lomba antar kelas bagi kelas 7 dan 8. Kegiatan ini diawali dengan observasi dan identifikasi aset lingkungan sekolah serta diskusi dengan siswa dan tim literasi. Dari kegiatan tersebut terdapat temuan bahwa sekolah tidak mempunyai pojok baca, dulu pernah ada namun sudah tak berbekas.  Diskusi dengan siswa digunakan untuk menampung pendapat mereka tentang bentuk pojok yang ideal dan nyaman. Persiapan dilakukan dengan merancang kegiatan, kemudian melakukan koordinasi dengan semua yang terlibat. Setelah itu baru kegiatan dilaksanakan dan langkah terakhir adalah melakukan evaluasi.

Lomba yang diselenggarakan semata-mata untuk memberdayakan sumber daya yang ada disekitar tanpa membebani sekolah serta merupakan wadah pembentukan karakter siswa. Lomba ini juga merupakan sarana untuk mengakomodasi dan menyalurkan bakat, minat serta kreativitas siswa. Dengan adanya pojok baca diharapkan juga akan mampu membangkitkan minat membaca dan menulis siswa serta mendekatkan siswa dengan bahan bacaan rekreatif.


Dokumentasi Aksi Nyata 3.3

 

Siswa berkolaborasi membuat pojok baca

Desain unik rak buku berbentuk roket yang bisa berputar untuk menyiasati ruang kelas sempit. Rak ini didesain vertikal dan dapat berputar agar semua sisi dapat dimanfaatkan. Ide yang luar biasa.

Salah satu karya yang terinspirasi dari bentuk setengah lingkaran

C.      Dampak Kegiatan

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu membuat keputusan yang efektif, bijaksana serta berpihak kepada siswa karena siswa merupakan subjek utama dalam pendidikan. Hasil dari aksi nyata tersebut akan meningkatkan well being (kesejahteraan anak) karena keputusan diambil melalui proses pengujian yang valid sehingga dapat meminimalisir dampak negatif terhadap mereka. Pada akhirnya diputuskan nilai rapor untuk mata pelajaran saya minimal KKM setelah melakukan 9 langkah pengujian meskipun mereka mengalami kendala belajar yang sangat serius. Namun keputusan tersebut diambil dengan harapan akan memberikan pembelajaran yang positif bagi mereka di masa depan.

Untuk modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, guru belajar bagaimana mampu memanfaatkan kondisi lingkungan yang ada untuk mengoptimalkan terlaksananya seluruh program kerja sekolah. Pada modul ini diajarkan bagaimana mengidentifikasi setiap aset yang ada dan mengoptimalkannya dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. Artinya setiap guru dituntut untuk kreatif dalam melihat peluang di antara keterbatasan. Merancang pembelajaran yang berpihak kepada murid dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, misal membuat media dari bahan bekas merupakan salah satu penerapan dari modul ini.

Dengan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking), dampak nyata dari aksi ini siswa mendapatkan apa yang selama ini mereka inginkan yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong mereka menjadi aktif. Kegiatan menggunakan Board Game merangsang keberanian siswa untuk berbicara tanpa merasa takut untuk membuat kesalahan karena sudah mendapatkan panduan yang jelas dan sistematis. Sedangkan dalam teknik Window Shopping, mereka diberi kesempatan untuk bekerja secara kolaboratif dengan teman dan kemudian mempresentasikan dengan cara yang unik sehingga tanpa terasa mereka telah mempraktekkan semua yang telah dipelajari. Teknik ini membuat semua siswa tanpa terkecuali akan aktif tanpa jeda.

Paket terakhir dari modul 3 adalah pengelolaan program yang berdampak pada murid. Hasil aksi nyata dari lomba pembuatan pojok baca ini berdampak tidak saja kepada siswa namun juga sekolah. Dengan pelaksanaan pembuatan pojok baca melalui lomba antar kelas, siswa mendapat kesempatan untuk berkreasi menyalurkan bakat, minat dan ide kreatif. Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dalam mengerjakan tugas yang selama pandemi nyaris tidak mempunyai kesempatan seperti itu. Dan bagi sekolah, kegiatan ini merupakan program nyata literasi yang mendekatkan siswa dengan buku sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan minat baca siswa secara umum. Pada akhirnya di setiap ruang kelas tersedia perpustakaan mini yang akan menjadi sarana rekreatif di tengah padatnya kegiatan pembelajaran pembelajaran.

 Perasaan (Feeling)

Pada saat merencanakan serangkaian aksi saya merasa biasa karena kegiatan sejenis dulu sering dilakukan. Sebagai seorang guru, saya yang harus terus belajar dan bereksplorasi untuk terus mengupgrade diri dalam menghadapi perubahan. Selain itu juga harus selalu siap menjalankan tugas diluar tugas mengajar di dalam kelas. Pada kenyataanya hal tersebut sering dilakukan dalam setiap kesempatan yang berbeda-beda namun mungkin tidak sesistematis saat melakukan tugas aksi nyata.

Ketika melaksanakan aksi nyata dari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan saya merasa antara yakin dan tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil meski sudah melakukan 9 tahap pengujian. Saya ingin memberikan pembelajaran kepada beberapa siswa yang selama ini mengalami kendala belajar serius meski sudah diupayakan dengan dengan berbagai cara namun disisi lain saya tidak ingin siswa saya mendapatkan nilai yang mengindikasikan sisi negatif mereka pada nilai rapor semester terakhir di SMP. Situasi dan kondisi seperti ini selalu dialami guru pada saat menjelang akhir semester atau kenaikan kelas. Suasana perang batin yang setiap semester saya dan rekan-rekan sejawat yang lain alami, ingin ikhlas namun kadang juga tidak bisa. Pada akhirnya dengan menguji keputusan itu, apapun keputusan yang saya ambil batin saya merasa tenang.

Kemudian saat melaksanakan rangkaian kedua saya merasa sangat senang dan bahagia karena dapat mewujudkan keinginan siswa untuk mendapatkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat mereka mampu aktif. Melihat ekspresi antusiasme pada siswa saat melakukan pembelajaran di kelas merupakan suatu kebahagiaan sendiri. Selama saya menjadi guru saya selalu berusaha dan bereksplorasi mencoba hal-hal yang baru agar siswa dapat menikmati dan mencintai belajar. Saya senang melakukan trial and error di dalam kelas. Semoga hal tersebut membawa dampak yang positif terhadap mereka.

 Saat melakukan rangkaian akhir modul 3 saya merasa excited karena saya dapat memberikan kesempatan siswa berkegiatan menyalurkan ide kreatif mereka yang lebih dari 2 tahun ini seakan terpasung oleh pandemi. Ketika berkeliling untuk memantau dan melihat perkembangan jalannya program saya merasa bahagia melihat anak-anak begitu antusia dalam mengerjakan pojok baca. Begitu banyak bermunculan ide-ide kreatif hanya dengan memanfaatkan barang-barang yang kurang bermanfaat disekitar kita. Kegiatan ini memberikan vibes yang positif ke lingkungan sekolah.

Setelah melaksanakan serangkaian aksi nyata modul 3 saya sejujurnya saya merasa lega luar biasa karena dengan begitu sebagian besar tugas saya di Pendidikan Guru Penggerak hampir selesai. Disisi lain saya juga merasa bahagia karena saya dapat memberikan kontribusi positif kepada siswa, rekan sejawat dan sekolah. Saya merasa bahwa saya dapat bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang dan lingkungan sekitar.

Pembelajaran (Finding)

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi nyata adalah sebagai berikut. Secara umum pelaksanaan rangkaian aksi nyata ini berjalan dengan sangat baik dan berhasil memberdayakan siswa dengan optimal. Seluruh rangkaian kegiatan menunjukkan keberpihakan terhadap siswa terlihat sangat jelas. Namun tak ada gading yang tak retak. 

Terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki khususnya tentang persiapan dan pelaksanaan yang waktunya sangat terbatas sehingga dilakukan dengan tergesa-gesa. Untuk aksi nyata yang hanya melibatkan CGP dan siswa saja tidak terlalu berdampak namun untuk program yang melibatkan lebih banyak pihak akan terasa bahwa koordinasi kurang begitu lancar karena persiapan yang kurang matang. Meskipun hal tersebut tidak menimbulkan kendala yang berarti namun harus tetap menjadikan evaluasi untuk kegiatan selanjutnya. 

Penerapan ke Depan (Future

Berdasarkan temuan diatas maka untuk pelaksanaan kegiatan serupa ke depan perlu membuat perencanaan yang lebih matang dengan waktu yang lebih longgar sehingga masalah-masalah yang disebutkan diatas bisa diperbaiki. Dengan persiapan yang lebih bagus dan sistematis maka bisa dipastikan pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan lancar dan sukses. Seiring dengan itu maka komunikasi dan koordinasi dapat dilakukan dengan lebih baik yang akan memberikan dampak yang lebih besar tidak hanya kepada siswa namun juga kepada seluruh unsur yang ada di lingkungan sekolah.

 







Sunday, June 12, 2022

Tugas 3.3.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Tugas 3.3.a.6. 

Refleksi Terbimbing

Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid


  1. Apa yang menarik bagi Anda setelah mempelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid?


Setelah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak pada murid, hal menarik bagi saya adalah:

  1. saya merasa menemukan batu pijakan atau semacam landasan tentang apa yang ada di kepala dan otak saya selama ini, hal-hal yang sering saya lakukan.

  2. bahwa siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berekspresi tidak hanya di luar kelas namun juga di kegiatan intrakurikuler.

  3. apa yang sering saya lakukan sejak dulu ternyata adalah benar. Hal-hal seperti memberikan kesempatan mereka aktif, belajar di luar kelas, outing, fielftrip dan lain-lain ternyata saat ini mendapatkan dukungan. Dulu hal tersebut saya lakukan hanya berdasar insting dan agar kegiatan pembelajaran out of box, anti mainstream, menyenangkan. Sejujurnya saya banyak terinspirasi dari kurikulum sekolah alam yang diprakarsai oleh Ir. Lendonovo, bahkan sampai saya meminjam raport, silabusnya dan perangkat yang lain.


  1. Apa yang mengejutkan yang Anda temukan dalam proses pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid?


  1. Program sekolah seharusnya digali dari ide siswa.

Beberapa kegiatan ekstra dan OSIS mereka selalu mempunyai ide-ide yang unik, namun untuk kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler siswa harus lebih didorong keterlibatannya.

  1. Bahwa siswa merupakan pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri.

Sebenarnya beberapa siswa SMP sudah mempunyai karakter ini, namun sebagian besar memang belum, mungkin disinilah saya sebagai guru menyadari perlu upaya khusus agar mereka mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri.

 

  1. Apa yang berubah yang akan Anda lakukan setelah memahami atau mempelajari materi ini?


Saya akan lebih percaya diri dalam melangkah dan menentukan program pembelajaran dikelas karena mempunyai landasan dan acuan yang kuat. Saya pastikan bahwa murid-murid saya akan mempunyai lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana mereka memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam bereskpresi dan belajar.


  1. Apa yang menantang  bagi Anda untuk memahami apa yang disampaikan dalam modul ini?


Secara umum tidak ada kendala dalam memahami apa yang disampaikan dalam modul ini karena apa yang ada di modul ini justru telah saya cari sejak bertahun-tahun yang lalu. Justru saya seperti menemukan oase.


  1. Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program yang berdampak pada murid.


Sumber-sumber dukungan yang saya miliki meliputi 7 aset yaitu : aset manusia, aset sosial, aset fisik, aset politik, aset agama/budaya, aset finansial. Ketujuh aset ini tersebut dapat diberdayakan, namun tetap untuk membuat program namun tentu saja harus secara rasional. 




Saturday, May 21, 2022

Tugas 2.1.a.10. Aksi Nyata - Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi dan Refleksi Minggu ke 12

 Refleksi Diri

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi


A. Refleksi 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan istilah baru bagi saya, namun tidak pada penerapannya. Ternyata saya menerapkan pembelajaran dengan pendekatan seperti itu tanpa mengetahui bahwa itulah yang disebut pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan tersebut saya lakukan berdasar pemahaman saya tentang beberapa referensi yang saya baca seperti teori Multiple Intelligence oleh Howard Gardner, artikel tentang Kecerdasan Spiritual, Emosional dan Emotional, Quantum Teaching oleh Bobby de Porter dan lain-lain.

Selain itu, apa yang saya lakukan juga berdasarkan pemikiran bahwa saya ingin membuat sesuatu yang out of the box atau anti mainstream agar murid-murid saya bisa menikmati belajar, bahagia dan tidak bosan. Saya berharap dengan berbagai macam variasi yang saya lakukan membuat mereka nyaman di dalam kelas dan excited untuk belajar Bahasa Inggris.

Beberapa kegiatan yang pernah saya lakukan misal: kegiatan belajar di luar kelas saat survey game ataupun unjuk kerja, penggunaan Graphic Organizer seperti Mind Map, Fishbone Organizer, menggunakan teknik Window Shopping, field trip ke instansi tertentu, menggunakan video sebagai materi, menggunakan berbagai game yang bersifat penguatan materi, presentasi murid dengan drama, role play maupun menggunakan slide dan lain-lain. Dan ketika pandemi, saya pun berusaha menggunakan berbagai platform aplikasi agar siswa saya mendapatkan pembelajaran daring yang berkualitas, misal penggunaan Google Workspace for Education beserta seluruh fitur-fitur pelengkapnya, Virtual Meeting, Quizzis, Live Worksheet dan sebagainya.

Setelah mempelajari modul ini saya semakin sadar dan memahami bahwa murid harus diidentifikasi kebutuhan belajarnya agar dapat mengakomodasi kesiapan belajar, minat dan profil belajar mereka, sehingga guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Dari penerapan tersebut saya masih harus banyak belajar tentang bagaimana mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka. Saya harus lebih banyak berdiskusi dengan rekan sejawat yang lain misal guru BK yang mempunyai pengetahuan cukup tentang identifikasi minat dan profil belajar siswa. 

Selain itu saya juga harus meningkatkan kemampuan merancang kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dan memperbanyak praktiknya di kelas agar siswa mendapatkan haknya untuk memperoleh pembelajaran yang berpihak kepada mereka.


B. Dokumentasi

Pembelajaran di luar ruang kelas

Menikmati kebebasan belajar


Pelaksanaan Teknik Window Shopping
Pelaksanaan Teknik Window Shopping


Wujud Kolaborasi

Belajar bisa dimana saja

Tempelan Produk Karya Siswa

Diagram Venn sebagai wujud Diferensiasi Produk

Refleksi Mingguan ke 23 - Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Refleksi Mingguan ke 23

Modul 3.2. 

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

(Model Segitiga Refleksi)


Setelah mempelajari Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya menyadari bahwa sekolah sebagai sebuah komunitas/institusi sebenarnya mempunyai berbagai jenis aset yang dapat dioptimalkan menjadi kekuatan atau potensi yang luar biasa untuk peningkatan proses pembelajaran dan branding sekolah. Aset-aset tersebut ternyata belum teridentifikasi secara detail dalam Program Kerja Sekolah tahun 2021-2022.

Pada modul ini pula, pada akhirnya saya mampu mengidentifikasi aset-aset tersebut dengan mengacu pada Green dan Haines (2002) dalam Asset Building and Community Development. Terdapat tujuh aset utama yang disebut sebagai modal utama meliputi modal manusia, sosial, fisik, lingkungan/alam, finansial, politik dan agama/budaya. 

Setelah melakukan proses identifikasi seperti diatas saya merasa bahwa SMPN 1 Tulungagung mempunyai potensi-potensi yang sangat luar biasa yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Beberapa potensi tersebut belum teridentifikasi diidentifikasi secara detail oleh sekolah. Disisi lain saya merasa juga sangat excited dengan temuan-temuan yang selama ini belum terpikirkan sebagai suatu potensi/kekuatan yang pada nantinya akan bermanfaat untuk branding sekolah kedepannya.

Setelah mempelajari modul ini maka saya akan mengkomunikasikan hasil identifikasi aset ini kepada sekolah agar nantinya dapat digunakan untuk melengkapi informasi tentang profil sekolah tahun berikutnya. Meski belum mengidentifikasi aset secara menyeluruh namun sebenarnya sekolah telah mampu mengoptimalkan hampir keseluruhan potensi-potensi tersebut untuk mendukung terlaksananya program sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler.


PEKAN LITERASI SEKOLAH

                                                                         Pembuatan Pojok Baca                                               ...