DIAGRAM FRAYER
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
1.
Informasi atau fakta apa yang disampaikan dalam
video dan artikel tersebut?
VIDEO 1
3 Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Sebelum menentukan strategi diferensiasi, diperlukan identifikasi untuk
memetakan kebutuhan belajar murid dari 3 aspek:
·
kesiapan
belajar
·
minat belajar
·
profil belajar
Diferensiasi bisa dilakukan dalam beberapa strategi, namun akan fokus
pada 3 hal:
·
diferensiasi
konten (apa yang kita ajarkan pada murid-murid kita)
·
diferensiasi
proses (bagaimana murid memahami atau memaknai apa informasi atau materi yang
dipelajari)
·
diferensiasi
produk (tagihan apa yang kita harapkan dari murid)
VIDEO 2
Lingkungan Belajar Yang Mendukung Pembelajaran
Berdiferensiasi
Lingkungan belajar sangat berpengaruh dalam kesuksesan implementasi
pembelajaran berdiferensiasi
Lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun
diatas learning community (komunitas belajar) yang mendukung.
Learning community adalah komunitas yang semua anggotanya pemelajar.
Guru akan memimpin murid untuk mengembangkan sikap dan praktek yang saling
mendukung tumbuhnya lingkungan belajar tersebut.
Berikut karakteristik komunitas belajar:
1. Rasa
saling menyambut
2. Saling
menghargai
3. Murid
merasa aman
4. Terdapat
harapan untuk pertumbuhan
5. Guru
mengajar untuk mencapai kesuksesan
6. Keadilan
dalam bentuk yang nyata
7. Kolaborasi
guru dan siswa untuk sukses bersama
ARTIKEL
Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Penilaian berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik
pembelajaran berdiferensiasi.
Tomlinson & Moon (2013) mengatakan bahwa penilaian adalah proses
mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan
membantu pengambilan keputusan guru.
Informasi tersebut yang membantu guru untuk memahami murid mereka,
memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang
efektif.
Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian
dalam 3 perspektif:
1. Assessment for learning
·
Penilaian yang
dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya
·
digunakan
sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
·
Berfungsi
sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang
berkelanjutan (ongoing assessment)
2. Assessment of learning
·
Penilaian yang
dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
·
Berfungsi
sebagai penilaian sumatif
3. Assessment as learning
·
Berfungsi
sebagai penilaian formatif.
·
Penilaian
formatif dilakukan saat proses pembelajaran masih berlangsung. Penilaian
formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara
berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan
topik atau materi yang sedang dipelajari.
·
Hasil dari
penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi
atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan
dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia
lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan
murid dalam materi atau topik tersebut.
Lalu seperti apa dan bagaimana melakukan penilaian
formatif ini?
·
Karena
sifatnya memonitor pembelajaran, maka penilaian formatif ini dapat terjadi
setiap hari melalui berbagai strategi. Penilaian formatif tidak hanya dapat
dilakukan secara tertulis.
·
Penilaian ini
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari,
misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman
sebaya maupun guru), dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian
formatif yang mungkin dapat
dilakukan guru dengan mudah:
1. Tiket Keluar.
Guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum
kelas berakhir. Murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar kertas
dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas. Teknik penilaian formatif ini
melibatkan semua murid dan memberikan bukti yang sangat penting tentang
pembelajaran saat itu bagi guru.
2. Tiket Masuk.
Guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum
pelajaran dimulai. Jawaban murid dapat menilai pemahaman awal murid terkait
dengan materi yang akan didiskusikan atau sebagai ringkasan pemahaman murid
terhadap materi hari sebelumnya.
3. Berbagi 30 Detik.
Dengan strategi ini, murid secara bergiliran melaporkan sesuatu yang
telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik. Target yang Anda cari dalam
kegiatan ini adalah bagaimana pemahaman murid dikaitkan dengan kriteria
keberhasilan yang diharapkan. Dapat dijadikan sebagai rutinitas di akhir
pelajaran sehingga semua murid memiliki kesempatan untuk berpartisipasi,
berbagi wawasan, dan mengklarifikasi apa yang dipelajari.
4. Nama dalam toples.
Guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas
& kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa mengajukan sebuah
pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, kemudian secara random
mengambil sebuah potongan kertas di toples, dan meminta beberapa anak yang
namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara
bergantian.
5. 3-2-1.
Di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk
merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. Tiga
petunjuk dapat disediakan bagi murid untuk menanggapi yaitu: 3 hal yang tidak
murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut,
1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari.
6. Refleksi.
Apapun bentuk refleksi yang dilakukan, refleksi dapat menjadi alat
penilaian formatif yang sangat berguna bagi guru untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman murid dan apa yang masih menjadi kebingungan mereka.
7. Pojok pemahaman.
Minta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka.
Jika mereka tidak memahami topik yang sedang dibahas, mereka dapat pergi ke
salah satu sudut dengan murid yang memiliki tingkat pemahaman yang sama.
Sementara jika sudah memahami, mereka dapat pergi ke sudut yang lain. Ini dapat
menjadi informasi buat guru, misalnya jika guru ingin memasangkan murid yang
“sudah mengerti” dengan murid yang kesulitan dan meminta murid berkolaborasi
untuk memahami materi yang menantang.
8. Strategi 5 jari.
Minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang
diajarkan dengan menggunakan 5 jari. 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika
mereka tidak paham sama sekali. Cara ini cukup cepat dan mudah untuk mengetahui
gambaran umum pemahaman murid sehingga guru dapat menyesuaikan pembelajaran
selanjutnya berdasarkan informasi ini.
Masih banyak lagi strategi penilaian formatif yang dapat digunakan oleh
guru, tanpa harus selalu membuat penilaian tertulis. Penilaian secara tertulis
tentu saja juga masih akan diperlukan, namun guru dapat memvariasikannya dengan
strategi-strategi penilaian yang lain juga. Mendengarkan dengan seksama saat
murid berdiskusi atau bertanya, memperhatikan hasil pekerjaan tertulis mereka,
juga dapat menjadi cara yang sangat berguna untuk mengetahui kebutuhan belajar
murid.
Pada intinya, kemampuan menilai dan menganalisis hasil penilaian ini
akan menjadi keterampilan yang sangat penting bagi guru, jika mereka ingin
dapat mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan sukses.
Penilaian pembelajaran yang dominan dilakukan pada
Pembelajaran berdiferensiasi adalah penilaian proses dalam bentuk penilaian
formatif berfungsi untuk memonitor proses pembelajaran yang telah dilakukan.
2.
Gagasan baru apa yang Anda dapatkan dari video dan artikel yang Anda lihat?
Gagasan baru yang ingin saya lakukan adalah bagaimana
melakukan penilaian proses yang kreatif dan menyenangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa.
3.
Apakah yang menurut Anda akan sulit
diimplementasikan?
Mengapa?
Hal akan sulit diimplementasikan apabila kondisi
pembelajaran jarak jauh masih terus berlangsung, maka itulah yang menjadi
tantangan terbesarnya karena akan sulit melakukan trial and error secara
langsung.
4.
Pertanyaan apakah yang masih Anda miliki atau klarifikasi apakah yang masih
Anda perlukan terkait dengan isi video dan artikel tersebut?
Saya
penasaran dengan contoh-contoh nyata dalam penilaian yang sesuai dengan
pembelajaran berdiferensiasi. Sudahkah selama ini saya mempraktekkan meski
tanpa terasa.
Ceritakan pengalaman Anda yang paling berkesan pada saat Anda melakukan proses pembelajaran di dalam kelas dengan murid yang beragam!
Saat paling berkesan adalah ketika melihat apa yang kita rencanakan berjalan lancar meski penuh tantangan.
Di dalam kelas saya terdapat berbagai macam karakter murid dengan latar belakang sosial ekonomi beragam, memiliki keyakinan keimanan dan berasal dari etnis yang berbeda, serta terdapat berbagai macam kecerdasan individu yang tampak pada mereka.
Untuk itu saya mencoba membuat variasi dalam pembelajaran. Saat belum pandemi hal tersebut relatif lebih mudah untuk dilakukan. Yang paling menarik saat saya menerapkan teknik Window Shopping untuk mempelajari kompetensi dasar tertinggi pada mata pelajaran yang saya ampu yaitu membandingkan teks.
Selain teknik Window Shopping pada saat yang bersamaan saya menggunakan media papan bergambar diagram Venn. Kombinasi kerja kelompok dengan kelompok yang telah dirancang sedemikian rupa serta teknik Window Shopping yang memungkinkan semua murid bergerak dengan sistematis untuk berbelanja dan presentasi masing-masing kelompok dengan menggunakan Diagram Venn membuat kelas benar-benar hidup dan membuat setiap murid bisa aktif dalam kegiatan belajar.
Apa yang telah Anda ketahui tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Sejujurnya saya belum mengetahui apa-apa tentang pembelajaran berdiferensiasi.
Namun dari kata dasar different yang dalam Bahasa Inggris berarti berbeda mungkin makna dari pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu kegiatan belajar di dalam kelas yang mempunyai unsur pembeda, artinya pembelajaran yang memperhatikan perbedaan setiap individu yang diajar, baik dari sisi karakter, latar belakang, bakat, potensi maupun jenis kecerdasan individunya.
Setelah menyaksikan video di atas, menurut Anda bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi? (terutama untuk memenuhi kebutuhan belajar murid).
Pembelajaran seharusnya dirancang dengan memperhatikan dan mengakomodasi keragaman atau perbedaan peserta didik, misal perbedaan karakter, potensi, kekuatan diri, gaya belajar maupun perbedaan kecerdasan individu yang dimiliki oleh mereka sesuai dengan teori Multiple Intelligence dari Gardner.
Pembelajaran seharusnya dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat yang memperhatikan setiap keberagaman peserta didik. Meski begitu penyesuaian sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik maupun kelas masing-masing dapat dilakukan bilamana diperlukan. Guru memandu peserta didik untuk mampu menghargai setiap perbedaan, setiap individu dan setiap kekuatan yang ada pada diri mereka sendiri maupun teman-temannya.
Pembelajaran seharusnya dievaluasi tidak hanya hasil akhir saja namun juga prosesnya yang tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Evaluasi pembelajaran dilakukan sebagai tidak hanya untuk mengukur hasil belajar namun juga ditujukan untuk perbaikan proses.
Apa yang ingin Anda ketahui lebih lanjut tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Saya ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana cara merencanakan, melakukan, mengevaluasi pembelajaran berdiferensiasi serta model, metode, strategi, dan teknik pembelajaran apa saja yang termasuk dalam kategori pembelajaran ini.
Sekolah merupakan salah satu lingkungan dimana
budaya positif harus ditumbuhkan bagi keseluruhan warga sekolah khususnya
siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru merupakan ujung tombak dalam
menjalankan program-program kegiatan yang mendorong tumbuhnya budaya positif
tersebut.
Oleh karena itu guru harus memahami dan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi
kontrol, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi siswa. Dengan menerapkan konsep-konsep inti tersebut berarti guru
telah menjalankan Filosofi Pendidikan Nasional dari KHD yaitu bahwa pendidikan
itu harus berpihak pada siswa, menuntun mereka menuju kebaikan serta pendidikan
harus memerdekakan.
Tumbuhnya budaya positif di sekolah akan membantu
terwujudnya visi impian sekolah pada umumnya dan khususnya visi impian guru
penggerak. Sebagai ujung tombak yang berada di garis depan, maka guru penggerak
harus memahami betul nilai-nilai dan peran guru penggerak agar mampu
menjalankan transformasi pendidikan yang diupayakan terjadi di ruang kelas
maupun sekolah.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
Diskusi dengan Waka Kurikulum
Langkah komunikasi pertama yang dilakukan dengan berdiskusi dengan ibu Waka Kurikulum, Ibu Sa’diyatul Munawaroh. Ternyata beliau sudah mengenal juga konsep Keyakinan Kelas dengan nama Kontrak Belajar. Beliau mendukung kegiatan berbagi yang pasti akan berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung ke sekolah dan seluruh warganya.
Konsultasi dengan Kepala Sekolah
Langkah kedua adalah konsultasi kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Tulungagung, Bpk. Drs. Sujito, M. Pd. Beliau sangat mendukung dan merencanakan program pengimbasan secara intensif secara menyeluruh kepada semua guru di SMPN 1 Tulungagung.
Diskusi dengan Rekan Sejawat
Penerapan Budaya Positif
Kemudian saya menerapkan terlebih dahulu konsep budaya positif di kelas saya sendiri yaitu Keyakinan Kelas. Pilihan itu berdasar pada pengalaman saya yang telah menerapkan hal tersebut selama bertahun-tahun. Saat itu saya membaca buku Quantum Teaching and Learning karya Bobby de Porter dkk yang saya pinjam dari Perpustakaan Sekolah. Kemudian mencoba dan ketagihan karena dampak positif yang saya rasakan langsung di kelas.
Buku inilah yang menginspirasi saya membuat kesepakan kelas sejak bertahun-tahun lalu |
Video berikut ini berisi tentang penerapan salah satu konsep inti dari budaya positif
yaitu Keyakinan Kelas. Guru sedang mempraktikkan proses pembuatan keyakinan kelas dengan melalui kesepakatan yang dibuat dengan melibatkan siswa. Kegiatan ini merupakan pijakan awal untuk menumbuhkan budaya positif di ruang-ruang kelas
Langkah terakhir adalah sosialisasi budaya positif ke rekan sejawat melalui virtual meeting. Kegiatan berbagi ini dilakukan atas dukungan dari sekolah dan dilakukan masih dalam lingkup terbatas karena sekolah akan mengagendakan sosialisasi secara menyeluruh untuk semua unsur sekolah. Materi berbagi kali ini tentang Pemahaman Konsep Budaya Positif dan Penerapannya di dalam kelas, serta pembelajaran apa yang didapat dengan menerapkan budaya positif tersebut.
Berikut link dokumentasi berupa rekaman video kegiatan berbagi yang telah dilakukan.
https://drive.google.com/drive/folders/1tkZntw9jjDPgK7vPNFQ93v7HhlSW9S4_?usp=sharing