Search This Blog

Thursday, November 4, 2021

Tugas 1.1.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 2

 


Model 2: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL) 

Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Untuk membuat refleksi model ini, tulislah penjabaran dari pertanyaan panduan berikut:

  •   Description: Deskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H  (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana); 

  • Examination: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya;

  • Articulation of Learning: Jelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. 


Description

Menjelang pembagian laporan tengah semester seperti biasanya masih banyak anak-anak yang tugasnya belum diselesaikan. Dalam kondisi pembelajaran tatap muka terbatas kondisi tersebut lebih mudah dikomunikasikan dengan mereka. Hari itu saya mengajar di kelas VII dan setelah pelajaran selesai saya memanggil beberapa anak dan  mencoba berdialog dengan mereka satu persatu terkait kendala yang mereka alami hingga menyebabkan tugas-tugas mereka menjadi tertunda. Saya berharap dengan dialog dengan mereka saya dapat membantu untuk memberi solusi atas kesulitan-kesulitan yang ditemui.

Hari itu ada beberapa anak yang saya ajak bicara dari hati ke hati setelah jam pelajaran usai. 

Tibalah saatnya giliran pada anak yang terakhir sebut saja si Davin. Sejak awal saya merasakan aura yang berbeda saat dia masih duduk di bangkunya menunggu giliran. Firasat saya mengatakan hal yang berbeda tentang Davin. Entah mengapa demikian, mungkin hanya firasat seorang guru yang sudah berada di kelas bersama murid selama hampir seperempat  abad ataukah firasat sebagai seorang ibu yang dari putri kelas 2 SMA. Saya menunggu anak-anak yang lain meninggalkan kelas, kemudian saya panggil Davin untuk duduk di depan saya seperti biasa ngobrol kami lebih nyaman.

Seperti biasa saya mengajukan pertanyaan sederhana dengan nada yang saya atur sedemikian rupa mengikuti firasat yang ada di hati. “Davin, ada apa ya le, kok tugasnya banyak yang belum selesai. Apa ada kendala yang bisa Bu Anik bantu?”. Belum selesai pertanyaan itu saya lontarkan, Davin sudah menangis tergugu dan terisak-isak dengan begitu memilukan. Dia berusaha berbicara namun karena tangisannya membuat dia tidak mampu berbicara dengan baik. Saya meminta dia untuk menangis saja dulu dan menumpahkan apa yang dia rasakan sebanyak-banyaknya. Saya pegang tangannya untuk mencoba menyalurkan energi, kekuatan, kehangatan dan penerimaan. Saya yakin hanya itu yang dia butuhkan saat ini. 

Setelah beberapa saat tangisannya mereda, dia berusaha berbicara bahwa dia tidak ada kendala namun lagi-lagi tangisannya meledak tak terkendali. Sambil menunggu tangisan itu mereda saya tetap memegang tangannya. Kemudian saya bertanya mengapa dia menangis padahal saya tidak menegur ataupun memarahinya. Kemudian dia menjawab dia teringat mamanya. Dia menjawab dengan suara yang tidak terdengar jelas sambil terisak-isak hebat. Dia berbicara seperti bukan anak usia 13 tahun, begitu rapuh seperti anak berusia 7 tahun. Bahkan terlintas di benak saya apakah Davin berkebutuhan khusus, namun pada akhirnya saya yakin dia tidak berkebutuhan khusus melihat komunikasi selanjutnya yang berjalan lancar.

Kemudian saya bertanya, kenapa ingat mama, apa mama lagi diluar kota. Dia menjawab bahwa mamanya meninggal ketika melahirkannya dan kembali tangisan hebat membuat dia terguncang. Duh Gusti, saat itu hati saya bagai diremas-remas. Dialog-dialog berikutnya membuat saya mengerti bahwa Davin merindukan sosok mamanya. Saya dekati dia saya elus kepalanya, punggungnya menyalurkan kehangatan untuk membuatnya tenang dan nyaman.  Saat itu juga bertanya, apakah Davin mau dipeluk, anggap saja Bu Anik mama kamu? Tak terduga dia menerimanya dan dia peluk saya begitu erat dan kembali tangisannya meledak memilukan begitu lama.

Saya terdiam, terhenyak memeluk dalam pilu dan ikut terisak. Saya merasakan betapa rapuh jiwanya. Setelah cukup lama dan pada akhirnya dia bisa tenang meski masih terisak-isak dan ceritanya pun mengalir. Mamanya meninggal saat melahirkan dia. Kemudian dia diasuh oleh tantenya, adik dari mama, sejak bayi hingga sekarang. Ayahnya telah menikah lagi dan jarang bertemu maupun berkomunikasi padahal jarak tempat tinggal nya sangatlah dekat. Tante yang mengasuh seorang single parent dan mempunya 2 anak yang usianya diatas Davin. Davin sendiri mempunyai 2 kakak yang masih duduk di bangku SMA dan sedang kuliah.


Examination

Sesampainya di rumah saya berusaha menggali tentang Davin dari berbagai sumber. Davin berasal dari keluarga yang secara sosial ekonomi sangat mapan. Namun apa yang dia alami membuat jiwanya begitu rapuh. Ada kekosongan dalam jiwanya yang entah keluarga terdekatnya mengetahui hal tersebut ataukah tidak. Saya yakin masih banyak Davin-Davin lain di sekolah saya bahkan di sekolah lain di seluruh Indonesia dengan segala penyebab yang berbeda. Sebagai guru keterlibatan emosi sangatlah sulit dihindari. 

Sesuai filosofi KHD guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan perlindungan kepada anak-anak seperti Davin. Setelah mengetahui apa yang dialami oleh Davin, seakan terlupakan lah tagihan-tagihan tugas yang belum diselesaikan. Buat saya yang terpenting bukanlah tugas-tugas tersebut tapi bagaimana saya mampu memberikan rasa aman dan nyaman pada Davin terlebih dahulu dengan harapan dia akan mampu dan kuat mengatasi keresahan jiwanya.


Articulation of Learning

Dari kasus Davin diatas, saya sebagai guru masih harus banyak belajar khususnya bagaimana peranan among bisa diterapkan dengan maksimal. Saya juga harus lebih meningkatkan empati kepada anak sehingga saya bisa lebih memahami problematika mereka tidak hanya secara klasikal namun juga secara personal. Dengan membangun kedekatan emosi dengan anak-anak maka komunikasi yang baik akan terjalin dengan mereka. Sehingga mereka pun akan terbuka dengan segala permasalahan yang dialami.

Saya akan mengubah pola komunikasi saya dari kalimat tuntutan menjadi kalimat tuntunan. Saya akan mencoba untuk mengetahui dan menyelami jiwa masing-masing anak jauh dari yang lakukan sebelumnya. Semoga dengan perubahan-perubahan tersebut saya mampu menjadi among yang baik untuk mereka, mampu memberikan rasa aman dan nyaman, mampu memberikan kehangatan dan perlindungan. 

Dari kasus Davin pula saya harus belajar dan memahami bahwa perkembangan jiwa mereka lebih penting dari sekedar ketuntasan tugas dan materi. Saya yakin bahwa inilah proses pembelajaran yang sebenar-benarnya, yaitu pembelajaran tentang hidup dan kehidupan. Demikian refleksi minggu ke 2, semoga ini membawa manfaat bagi yang membaca.


No comments:

Post a Comment

PEKAN LITERASI SEKOLAH

                                                                         Pembuatan Pojok Baca                                               ...