Untuk membuat koneksi antar materi dari kesimpulan dan refleksi pemikiran KHD maka terdapat 3 pertanyaan yang harus dijawab:
Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Berikut paparan terkait jawaban dari 3 pertanyaan diatas. Pada awalnya, sebelum mempelajari secara detail tentang filosofi pemikiran KHD, sebagai guru saya cenderung berfokus pada tuntutan kompetensi sesuai kurikulum dan berusaha menyelesaikan target materi yang memang telah ditentukan pada tiap semesternya. Saya merasa begitu bersalah ketika ketuntasan materi belum tercapai karena hak anak-anak untuk mendapatkan materi secara maksimal tidak bisa terpenuhi. Ditambah lagi dengan tuntutan sekolah terkait tercapainya target nilai sesuai KKM yang semakin membuat saya merasa mempunyai hutang yang menggunung pada siswa ketika ketuntasan materi tiap semester tidak bisa sesuai harapan.
Selain hal tersebut diatas, saya merasa bahwa proses pembelajaran yang saya lakukan di dalam kelas belum secara maksimal berfokus pada siswa. Target ketuntasan materi menjadi beban yang harus diselesaikan tepat waktu disadari ataupun membuat fokus saya beralih. Situasi tersebut sangat mempengaruhi keberpihakan saya terhadap proses pembelajaran yang seharusnya lebih mengedepan kepentingan siswa menjadi cenderung pada penjejalan materi yang dipaksakan.
Kondisi itu berdampak pula pada empati saya terhadap siswa khususnya pada siswa yang bermasalah pada penyelesaian tugasnya. Paradigma siswa yang tidak menyelesaikan tugas adalah siswa yang bermasalah dan abai menancap di benak dengan pongahnya. Padahal sejatinya yang terlihat belum tentu yang sebenarnya dan masih harus dikaji lebih lanjut untuk dicari akar permasalahannya.
Setelah mempelajari filosofi pemikiran KHD, yang berubah dari diri saya adalah mindset, khususnya mindset tentang tentang proses pembelajaran di dalam kelas. Bahwa pembelajaran tidak seharusnya hanya berpusat pada ketercapaian target materi belaka namun lebih dari itu pembelajaran harus mampu berpusat pada siswa dan apa yang dibutuhkannya. Saya merasa diperbudak oleh tuntutan kurikulum dan sebenarnya hal tersebut sudah lama saya terjadi namun merasa tidak berkutik, merasa seperti terjebak dalam pusaran tiada tepi.
Saat sebelum pandemi ketika mengajar kelas IX, saya bagai dikejar waktu untuk menyelesaikan materi agar siswa siap ketika mengikuti ujian sekolah atau ujian nasional. Hal tersebut dirasakan oleh hampir semua rekan guru dan pada akhirnya menyebabkan guru cenderung menjejalkan materi begitu saja yang penting habis tanpa menyadari bahwa apa yang dilakukan telah mencederai nilai hakiki pendidikan itu sendiri. Disadari ataupun tidak itulah fakta nyata yang terjadi. Dilema saya adalah dilema guru, terjebak antara materi dan hati nurani.
Perubahan terbesarnya adalah pada akhirnya saya menyadari ada yang salah dan hal tersebut menumbuhkan empati yang lebih besar kepada siswa, khususnya yang mempunyai masalah pada proses pembelajaran. Di masa pandemi ini, banyak diantara mereka yang tidak mengerjakan tugas dengan maksimal karena beberapa faktor penyebab. Situasi dan kondisi lingkungan terdekat mereka yakni keluarga merupakan penyebab utama yang membawa dampak sangat besar pada perilaku anak pada saat pembelajaran, bahkan membuat jiwa-jiwa muda ini begitu rapuh dan membuat hati ini miris dan trenyuh. Agar saya bisa membantu siswa secara maksimal, saya sadar saya harus berubah. Tugas saya sebagai guru bukanlah hanya semata-mata mentransfer ilmu namun lebih dari itu guru harus mampu membuat siswa haus ilmu.
Melihat fakta-fakta diatas, terlupakanlah niatan untuk menanyakan mengapa tugas-tugas belum terpenuhi, yang ada hanyalah keinginan merengkuh jiwa-jiwa yang rapuh itu, menyalurkan energi, menawarkan perlindungan dan kasih sayang. Keresahan mereka merupakan pokok utama persoalan yang mempengaruhi keseluruhan proses pembelajaran yang mereka jalani.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu saya lakukan untuk menjadi guru yang lebih baik dan agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD adalah:
1. Mengubah mindset bahwa ketercapaian target kurikulum merupakan harga mati. Ada hal yang
lebih esensial yang harus diperjuangkan lebih dari sekedar materi pembelajaran yang harus
dituntaskan.
2. Menguatkan tekad dan kemauan untuk berubah, keluar dari zona nyaman untuk menghadapi
tantangan dan mewujudkan pembaruan pendidikan menghadapi era Revolusi 4.0.
3. Merancang kegiatan pembelajaran yang bermakna, menarik dan menyenangkan, berpihak serta
berpusat kepada anak untuk menciptakan kemerdekaan belajar hakiki.
Bilamana ketiga hal tersebut diatas mampu dilakukan maka akan terjadi perubahan-perubahan hebat di kelas-kelas di seluruh Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Najwa Shihab, inilah pengajaran yang memanusiakan manusia bukan pendidikan yang mengerdilkan siswa.
No comments:
Post a Comment