Search This Blog

Wednesday, December 15, 2021

Tugas 1.4.a.9. Koneksi Antar Materi - Budaya Positif

Sekolah merupakan salah satu lingkungan dimana budaya positif harus ditumbuhkan bagi keseluruhan warga sekolah khususnya siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru merupakan ujung tombak dalam menjalankan program-program kegiatan yang mendorong tumbuhnya budaya positif tersebut.

Oleh karena itu guru harus memahami dan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Dengan menerapkan konsep-konsep inti tersebut berarti guru telah menjalankan Filosofi Pendidikan Nasional dari KHD yaitu bahwa pendidikan itu harus berpihak pada siswa, menuntun mereka menuju kebaikan serta pendidikan harus memerdekakan.

Tumbuhnya budaya positif di sekolah akan membantu terwujudnya visi impian sekolah pada umumnya dan khususnya visi impian guru penggerak. Sebagai ujung tombak yang berada di garis depan, maka guru penggerak harus memahami betul nilai-nilai dan peran guru penggerak agar mampu menjalankan transformasi pendidikan yang diupayakan terjadi di ruang kelas maupun sekolah.

 

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA




 


Tugas 1.4.a.10.1 Aksi Nyata - Budaya Positif - Unggah Aksi Nyata

LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN AKSI NYATA


  1. Diskusi dengan Waka Kurikulum


Langkah komunikasi pertama yang dilakukan dengan berdiskusi dengan ibu Waka Kurikulum, Ibu Sa’diyatul Munawaroh. Ternyata beliau sudah mengenal juga konsep Keyakinan Kelas dengan nama Kontrak Belajar. Beliau mendukung kegiatan berbagi yang pasti akan berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung ke sekolah dan seluruh warganya.


Diskusi dengan Ibu Waka Kurikulum

        
  1. Konsultasi dengan Kepala Sekolah


Langkah kedua adalah konsultasi kepada Kepala Sekolah  SMPN 1 Tulungagung, Bpk. Drs. Sujito, M. Pd. Beliau sangat mendukung dan merencanakan program pengimbasan secara intensif secara menyeluruh kepada semua guru di SMPN 1 Tulungagung.





Konsultasi dengan Kepala Sekolah bersama PP


  1. Diskusi dengan Rekan Sejawat


Langkah berikutnya adalah melakukan diskusi intensif beberapa kali dengan rekan sejawat. Kami bertukar pendapat tentang apa yang telah kami lakukan selama ini. Sedikit  refleksi agar mampu berbenah diri dan melakukan aksi perubahan bersama.




  1. Penerapan Budaya Positif


Kemudian saya menerapkan terlebih dahulu konsep budaya positif di kelas saya sendiri yaitu Keyakinan Kelas. Pilihan itu berdasar pada pengalaman saya yang telah menerapkan hal tersebut selama bertahun-tahun. Saat itu saya membaca buku Quantum Teaching and Learning karya Bobby de Porter dkk yang saya pinjam dari Perpustakaan Sekolah. Kemudian mencoba dan ketagihan karena dampak positif yang saya rasakan langsung di kelas.

Buku inilah yang menginspirasi saya membuat kesepakan kelas sejak bertahun-tahun lalu


Video berikut ini berisi tentang penerapan salah satu konsep inti dari budaya positif

yaitu Keyakinan Kelas. Guru sedang mempraktikkan proses pembuatan keyakinan kelas dengan melalui kesepakatan  yang dibuat dengan melibatkan siswa. Kegiatan ini merupakan pijakan awal untuk menumbuhkan budaya positif di ruang-ruang kelas






5. Berbagi Aksi Nyata Penerapan Budaya Positif di Sekolah


Langkah terakhir adalah sosialisasi budaya positif ke rekan sejawat melalui virtual meeting. Kegiatan berbagi ini dilakukan atas dukungan dari sekolah dan dilakukan masih dalam lingkup terbatas karena sekolah akan mengagendakan sosialisasi secara menyeluruh untuk semua unsur sekolah. Materi berbagi kali ini tentang Pemahaman Konsep Budaya Positif dan Penerapannya di dalam kelas, serta pembelajaran apa yang didapat dengan menerapkan budaya positif tersebut.


Berikut link dokumentasi berupa rekaman video kegiatan berbagi yang telah dilakukan. 


https://drive.google.com/drive/folders/1tkZntw9jjDPgK7vPNFQ93v7HhlSW9S4_?usp=sharing






Tugas 1.4.a.10.2 Aksi Nyata - Budaya Positif - Forum Berbagi Aksi Nyata


 MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF DENGAN MEMBUAT KESEPAKATAN KELAS 


Penguatan pendidikan karakter di lingkungan sekolah dirasa semakin krusial ditengah maraknya perilaku masyarakat yang jauh dari karakter budaya ketimuran yang bermartabat. Masyarakat dimanjakan dengan berita maupun tayangan  yang menunjukkan terjadinya pergeseran nilai yang cukup meresahkan di lingkungan sekitar kita. Begitu banyak berita kekerasan dan kejahatan yang tidak hanya melibatkan orang dewasa namun juga terjadi dikalangan anak-anak hingga remaja. Kekerasan seksual terhadap anak usia sekolah serta meningkatnya kasus kenakalan remaja yang sangat signifikan merupakan salah satu indikasi kegagalan pendidikan karakter di Indonesia meski hal tersebut sudah dirintis sejak negara ini berdiri.

Oleh karena itu perlu adanya penumbuhan budaya positif untuk menguatkan pendidikan karakter yang sudah berjalan. Dalam lingkup yang lebih kecil yakni lingkungan sekolah diperlukan suatu kebijakan internal sekolah yang memobilisasi, memfasilitasi, dan mendukung setiap warga sekolah baik itu siswa, guru, karyawan hingga kepala sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam upaya membentuk karakter peserta didik. Perlu ditanamkan kesadaran bahwa sejatinya subyek dari pendidikan karakter adalah peserta didik itu sendiri. 

Selama ini aturan maupun program di sekolah berupa aturan top down yang sudah ada sejak lama dan dibuat tanpa melibatkan peserta didik. Sehingga peserta didik merasa ada tekanan bukan kesadaran untuk mematuhi semua aturan dalam upaya pembiasaan di kelas maupun di luar kelas. Upaya melibatkan guru dan peserta didik secara intensif dalam hal tersebut diatas sangat mendesak untuk dilakukan.

Untuk itu perlu dicari solusi terbaik untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah yang berpihak kepada peserta didik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pembuatan kesepakatan di semua ruang kelas oleh semua guru. Kesepakatan ini adalah serangkaian upaya komunikatif dan aplikatif berbasis kelas yang terintegrasi yang terdiri dari 3 langkah, yakni  Berembuk, Rumuskan Aturan, dan Aplikasikan. Prosedur sederhana ini dapat diterapkan oleh setiap guru tanpa terkecuali. 

Berikut langkah-langkah dan penjelasan dari pembuatan kesepakatan kelas yang bisa diterapkan oleh siapa saja:

1. Berembuk

Istilah berembuk berasal dari Bahasa Jawa rembuk yang artinya berbicara atau berdiskusi . Tahapan ini harus dilakukan pada pertemuan pertama di awal tahun pelajaran. Pada tahap ini guru harus memberikan semacam brainstorming kepada peserta didik dengan topik sesuai dengan arah yang diinginkan. Guru berusaha membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya membuat kesepakatan kelas. Selain itu guru juga dapat memberikan motivasi dan wawasan terkait mata pelajaran masing-masing maupun tentang masa depan. Pada prinsipnya guru mengajak peserta didiknya untuk berbicara dari hati ke hati. 

2. Rumuskan Aturan

Langkah kedua adalah Rumuskan Aturan yang merupakan adaptasi dari buku Quantum Teaching karya Bobbi DePorter. Pada tahap ini guru mengajak peserta didik untuk merumuskan aturan atau kesepakatan yang akan diterapkan di dalam kelas. Di Tahap ini keterlibatan peserta didik sangat dominan. Berikut langkah-langkah dalam tahap 2:

a. Secara individu/berkelompok, mintalah mereka menuliskan beberapa peraturan yang harus diikuti oleh seluruh warga kelas. Biarkan mereka berdiskusi untuk merumuskan peraturan tersebut. Peraturan-peraturan ini merupakan pengejawantahan dari karakter-karakter positif yang secara umum berlaku. Misal, datang tepat waktu, tidak boleh mencontek, berkata sopan dan lain-lain.

b. Bacakan seluruh peraturan yang telah ditulis oleh setiap kelompok di depan kelas. Diskusikan dan konsolidasikan tentang peraturan tersebut. Minta peserta didik untuk memilih peraturan yang menjadi prioritas dalam kelas mereka, dan buang yang tidak perlu. Rumuskan peraturan tersebut ke dalam nilai kebajikan/keyakinan kelas yang lebih sederhana agar mudah diingat. 

c. Pastikan jumlah keyakinan/kesepakatan antara 3 sampai 7 agar mudah diingat oleh peserta didik.

e. Tuliskan kesepakatan yang telah disetujui dan tempelkan di dinding kelas.

Kesepakatan yang telah dibuat ibarat sebuah kontrak yang harus dipatuhi oleh setiap peserta didik. Keterlibatan mereka dalam pembuatan kesepakatan membuat mereka merasa bertanggung jawab. (De Porter, 2005)

3. Aplikasikan

Langkah terakhir adalah Aplikasi, merupakan tahap pembiasaan dan penanaman budaya positif yang terdapat dalam kesepakatan.  Pada tahap ini guru mulai menerapkan semua kesepakatan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan dukungan penuh dari peserta didik. Pada prakteknya justru peserta didik lah yang aktif dalam penegakan kesepakatan kelas tanpa mereka  merasa terbebani karena kesepakatan itu dari mereka dan untuk mereka.

Ketiga langkah diatas apabila diterapkan oleh guru diharapkan akan dapat menumbuhkan budaya positif di ruang-ruang kelas yang pada akhirnya akan mampu menguatkan pendidikan karakter yang telah dilakukan selama ini.

Era globalisasi menyebabkan perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin tak terbendung. Perubahan-perubahan terjadi begitu cepat dan tantangan menjadi semakin besar. Persaingan global semakin kompetitif sehingga hanya yang berkualitas yang mampu bertahan. Membangun generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman merupakan kewajiban semua pihak. Membentuk manusia seutuhnya menjadi tujuan umum dari pendidikan nasional. Manusia yang tidak saja menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi namun juga mempunyai karakter yang unggul. Untuk itu terobosan dalam pendidikan karakter mendesak dilakukan. Penumbuhan budaya positif yang berpihak kepada peserta didik harus diupayakan semaksimal mungkin salah satunya dengan membuat kesepakatan kelas.


Tugas 1.2.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 4



Connection

Materi minggu ini membahas tentang konsep budaya positif yang meliputi perubahan paradigma dari teori stimulus respon ke teori kontrol, arti disiplin dan 3 motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol serta segitiga restitusi. Materi tersebut diatas telah mengubah paradigma yang selama ini saya dapatkan  dan mengubah mindset saya tentang bagaimana menumbuhkan budaya positif di lingkungan kita. Materi tersebut memberikan bekal kepada saya dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak. Tanpa pemahaman tentang konsep-konsep inti budaya positif sangatlah tidak mungkin saya mampu menjalankan peran tersebut dengan maksimal.



Challenge


Beberapa materi menjungkirbalikkan beberapa pemahaman saya tentang bagaimana penegakan disiplin dan penyelesaian masalah harus dilakukan khususnya tentang posisi kontrol guru.  Yang saya pikir apa yang saya lakukan selama ini benar ternyata salah.



Concept


Materi yang saya pelajari minggu ini adalah konsep tentang pembentukan budaya positif. Terdapat 6 topik yaitu perubahan paradigma dari teori stimulus respon ke teori kontrol, arti disiplin dan 3 motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol serta segitiga restitusi. Dari 6 topik tersebut yang merupakan konsep inti dan paling menarik adalah 3 topik terakhir yaitu 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol serta segitiga restitusi. Ketiga konsep tersebut merupakan konsep-konsep inti yang penting dan urgent dikuasai dan dipahami tidak hanya oleh calon guru penggerak namun juga oleh semua guru pada umumnya. Dengan adanya perubahan paradigma dari teori stimulus respon ke teori kontrol, konsep-konsep inti tersebut wajib dikuasai sehingga guru mempunyai bekal yang cukup dalam menyelesaikan permasalahan yang berpihak pada murid.



Change


Perubahan yang terjadi pada diri saya adalah perubahan paradigma dan mindset tentang bagaimana mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh murid.


Tugas 1.4.a.7. Demonstrasi Konstektual - Budaya Positif




Skenario Praktik Segitiga Restitusi

LANGKAH

TEORI KONTROL

Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.

  • Tidak ada manusia yang sempurna 

  • Kita bisa menyelesaikan ini.

  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini. 

Validasi Tindakan yang Salah 

(Validate the Misbehaviour)

  • Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu

  • Kenapa kok terus begini

  • Bu Anik paham, apa yg kamu alami

Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

  • Saya punya keyakinan kamu sebenarnya tidak seperti ini?

  • Apa kamu yakin mau seperti ini terus?

  • Coba kamu pengen nya nanti jadi apa?

  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

  • Berarti apa yang harus dilakukan?

  • Bisa kita memperbaiki keadaan?



Praktik Segitiga Restitusi

Video ini berisi praktik penerapan langkah-langkah Segitiga Restitusi yang
dilakukan secara terpadu dengan penerapan Teori Kontrol.



Tanggapan Siswa pada Praktik Segitiga Restitusi









 

Tuesday, December 14, 2021

Tugas 1.4.a.6. Refleksi Terbimbing - Budaya Positif

 

1.       Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

 

Setelah mempelajari modul-modul tersebut saya menjadi lebih memahami konsep-konsep inti pada modul Budaya Positif, yaitu Disiplin Positif, Posisi Kontrol Guru, Kebutuhan Dasar Manusia, Keyakinan Kelas, dan Segitiga Restitusi. Saya lebih bisa memandang permasalahan dengan helicopter view

 

Hal yang paling menarik bagi saya adalah tentang posisi kontrol guru. Hal tersebut merupakan sesuatu yang baru saya tahu dan baca, dan membuat saya sebagai pendidik merasa terhempas. Selama ini, saya belum merasa menerapkan posisi manajer secara maksimal dalam menangani permasalahan siswa. Mungkin karena bekal yang kami dapat dulu juga belum pada teori ini. Sebagian besar posisi kontrol yang saya gunakan berkutat pada pemantau dan teman bahkan beberapa kali sebagai pembuat rasa bersalah dan penghukum. Namun semuanya berproses dan setelah memahami konsep ini, saya berkomitmen untuk berubah dan memperbaiki diri.

 

2.       Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti  tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.

 

Yang saya terapkan selama bertahun-tahun adalah pembuatan kesepakatan kelas di awal tahun pelajaran. Kesepakatan kelas itu saya terapkan dan adaptasi setelah membaca buku Quantum Teaching oleh Bobby de Porter. Prosedurnya sama persis dengan penentuan keyakinan kelas/sekolah yang saya baca pada modul kali ini. Yang berbeda adalah penanganan saat ada pelanggaran kesepakatan kelas. Posisi kontrol yang dipakai seringkali berpijak pada pemantau dan teman sesekali saja sebagai manajer. Meski begitu penerapan kesepakatan kelas berpengaruh positif pada terciptanya lingkungan belajar yang kondusif di dalam kelas.

 

3.      Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi              ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah                Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.

 

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan Segitiga Restitusi saat menghadapi permasalahan murid namun tidak menyadari bahwa itu adalah langkah-langkah Segitiga Restitusi karena belum mengenal tentang materi ini.

 

Posisi yang sering saya terapkan adalah teman dan pemantau sesekali saja sebagai manajer. Sedanglah langkah-langkah dalam Segitiga Restitusi yang paling sering saya terapkan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Sedangkan langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan hanyalah sesekali saja. Itupun saya lakukan tanpa menyadari bahwa saya telah menerapkan teori kontrol dan Segitiga Restitusi.

 

4.       Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya             positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya adalah bahwa untuk menciptakan budaya positif baik di kelas maupun di sekolah tidak harus dengan cara yang represif.  Cara pandang saya terhadap siswa yang bermasalah pun berubah yang sebelumnya cenderung memandang siswa bermasalah sebagai trouble maker yang perlu diberikan konsekuensi bahkan hukuman sekarang pun berubah total. Saat ini saya lebih memandang siswa bermasalah sebagai sosok yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi dengan berbagai cara. Ketika cara yang mereka pilih kurang benar maka, maka tugas kita sebagai pendidik adalah membimbing mereka untuk menemukan solusi dan memperbaiki diri. Siswa tidak perlu mendapatkan hukuman, tetapi dikuatkan keyakinannya agar mempunyai motivasi internal untuk memperbaiki diri.

 

5.       Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu  

      dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

 

Bagi saya mempelajari modul ini sangat penting baik sebagai seorang individu maupun sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Perubahan mindset merupakan hal paling krusial yang saya alami hingga menggugurkan paradigma lama yang selama ini telah melekat erat di pikiran. Modul ini memberi kesadaran baru bahwa saya harus mempunyai helicopter view ketika memandang dan memahami permasalahan yang ditimbulkan oleh anak.  

Sebagai individu, apa yang telah saya pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai ibu dalam maupun sebagai warga masyarakat. 

Sedangkan sebagai pemimpin pembelajaran, memahami bagaimana budaya positif bisa ditumbuhkan dengan amat elok di dalam kelas merupakan pemahaman baru yang jauh berbeda dengan pemahaman-pemahaman terdahulu. Dalam menyelesaikan masalah siswa, teori kebutuhan manusia, posisi kontrol dan segitiga restitusi merupakan 3 kunci dalam mengurai setiap permasalahan siswa.

 

6.       Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di            

       lingkungan  Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak di lingkungan kelas dan sekolah adalah dengan mencoba melakukan perubahan minimal pada diri sendiri dengan menerapkan apa yang saya dapat di modul ini dengan harapan seiring berjalannya apa yang saya lakukan dampaknya akan semakin meluas baik di lingkungan rumah maupun kerja. Semua perubahan memerlukan proses, demikian pula perubahan budaya positif yang diinisiasi dengan paradigma baru ini.

 

7.       Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

 

Hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah kemampuan berkomunikasi, kemampuan memotivasi, kemampuan untuk problem solution dan kemampuan berkolaborasi.

 

8.     Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas 

      Anda setelah mengikuti sesi ini?

Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan jika kembali ke sekolah/kelas adalah merenungkan dan mengevaluasi apa yang telah saya lakukan selama ini terkait materi dalam modul yang telah saya pelajari. Saya akan mencoba mengidentifikasi mana hal-hal yang belum dan sudah sesuai kemudian secara perlahan namun pasti melakukan perubahan yang saya mulai dari diri sendiri. Saya akan menerapkan konsep-konsep inti tersebut dalam menangani masalah yang timbul di dalam kelas. 

Tugas 1.3.a.7.1. Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif

 

Inkuiri Apresiatif digunakan untuk mengidentifikasi potensi murid dan membuat strategi untuk menumbuhkannya dengan langkah-langkah yang disingkat dengan BAGJA



Tugas Mandiri - Segitiga Restitusi

 



Skrip Studi Kasus Mario dan Adi 

skrip.pdf

Tugas Anda 

  1. Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan. 

  2. Kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi? 

  3. Apa yang dikatakan guru dalam tahap Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan, dan Mencari Keyakinan?

  4. Kira-kira sesuai prinsip restitusi, apa yang akan dilakukan Mario dan Adi untuk memperbaiki kesalahan mereka pada Ibu Dina?

Jawaban

  • Posisi kontrol yang dipraktikkan oleh guru, dalam hal ini Pak Joko,  adalah Manajer. Pada kasus ini Pak Joko mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri dan mengajak mereka menganalisis kebutuhan dirinya. Pak Joko juga mengajak siswa mengingat kembali keyakinan sekolah dan berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.  Pak Joko berusaha mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingannya.

  • Kebutuhan yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi adalah Kesenangan (Fun). Hal tersebut terlihat dari jawaban mereka yang menyatakan bahwa lempar-lemparan makanan sangat seru saat di konfirmasi oleh Pak Joko.

  • Yang dikatakan guru pada tahap: 
  1. Menstabilkan Identitas

  • Bapak disini bukan untuk mencari siapa yang salah

  • Bapak disini untuk mencari penyelesaian sama-sama,

berpikir sama-sama tentang apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki
situasi ini
  1. Validasi Tindakan

  • Kalian pasti melakukan itu ada alasannya ya. 

  • Pasti seru ya main lempar-lemparan makanan begitu.

  1. Mencari Keyakinan

  • Sekarang mari kita bicara tentang keyakinan kelas dan keyakinan sekolah kita


  • Sesuai prinsip restitusi, Mario dan Adi akan memperbaiki kesalahan mereka dengan melakukan permintaan maaf pada Bu Dina setulus hati, berjanji untuk mengulangi tindakan mereka serta berkomitmen untuk lebih memperbaiki diri.

PEKAN LITERASI SEKOLAH

                                                                         Pembuatan Pojok Baca                                               ...